IHSG dan kurs Rupiah melemah. Demonstrasi besar bukan penyebab tunggal tergerusnya kepercayaan investor.
3 September 2025 | 09.01 WIB

Pasar keuangan Indonesia kembali menunjukkan gejolak yang cukup signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan, sementara kurs rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Kondisi ini menjadi perhatian banyak pihak, mulai dari pelaku pasar, investor asing, hingga masyarakat umum yang terdampak secara tidak langsung. Reaksi jujur pasar keuangan ini mencerminkan bagaimana faktor eksternal maupun internal memengaruhi stabilitas ekonomi nasional.
Artikel ini akan membahas penyebab melemahnya IHSG dan rupiah, bagaimana reaksi pasar keuangan, serta dampak yang mungkin dirasakan dalam jangka pendek maupun panjang.
Faktor Penyebab Melemahnya IHSG
- Sentimen Global
- Kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) menjadi salah satu faktor utama. Investor global cenderung menarik dananya dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, menuju aset dolar AS yang dianggap lebih aman.
- Ketidakpastian geopolitik, seperti konflik di Eropa Timur dan Timur Tengah, juga memperburuk sentimen investor.
- Kinerja Emiten Domestik
- Laporan keuangan kuartal beberapa perusahaan besar menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, sehingga memicu aksi jual saham oleh investor.
- Sektor perbankan dan komoditas menjadi yang paling terdampak, padahal selama ini menjadi penopang IHSG.
- Aksi Jual Asing
- Investor asing mencatatkan net sell cukup tinggi. Hal ini memperburuk tekanan pada IHSG, karena dominasi kepemilikan asing di bursa masih cukup besar.
Penyebab Pelemahan Kurs Rupiah
- Permintaan Dolar Meningkat
- Banyak perusahaan yang melakukan pembayaran utang luar negeri dalam dolar, sehingga kebutuhan valas meningkat.
- Importir juga meningkatkan pembelian dolar untuk transaksi luar negeri.
- Yield Obligasi AS Naik
- Obligasi pemerintah AS menawarkan imbal hasil lebih tinggi, sehingga dana asing keluar dari Indonesia dan kembali ke pasar AS.
- Ketidakpastian Ekonomi Domestik
- Beberapa kebijakan fiskal dan defisit APBN menjadi sorotan. Investor khawatir stabilitas fiskal akan terganggu jika pelemahan rupiah berlangsung lama.
Reaksi Jujur Pasar Keuangan
Pasar keuangan merespons kondisi ini dengan cara yang cukup realistis. Investor domestik cenderung wait and see, sementara investor asing melakukan aksi jual agresif. Beberapa analis menyebut reaksi ini sebagai “jujur” karena pasar hanya mencerminkan kekhawatiran terhadap fundamental ekonomi.
- IHSG Turun: Sentimen negatif membuat IHSG terkoreksi lebih dari 1% dalam sehari perdagangan. Saham-saham blue chip ikut tertekan.
- Obligasi Negara: Harga Surat Berharga Negara (SBN) turun, imbal hasilnya naik. Ini menandakan kepercayaan investor jangka panjang sedang tertekan.
- Rupiah Melemah: Kurs rupiah menembus level psikologis, memperlihatkan tekanan kuat dari faktor eksternal.
Dampak bagi Perekonomian
- Sektor Riil
- Pelemahan rupiah meningkatkan biaya impor, terutama bahan baku industri. Ini bisa memicu inflasi jika tidak dikendalikan.
- Masyarakat Umum
- Harga barang impor naik, seperti elektronik, kendaraan, dan produk farmasi.
- Biaya perjalanan ke luar negeri juga meningkat.
- Dunia Usaha
- Perusahaan dengan utang dolar menghadapi beban lebih besar.
- Namun, eksportir mendapat keuntungan karena pendapatan dolar mereka lebih tinggi setelah dikonversi ke rupiah.
Langkah Antisipasi Pemerintah dan BI
- Intervensi Valas
- Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar spot dan DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward) untuk menahan pelemahan rupiah.
- Koordinasi Fiskal-Moneter
- Pemerintah bersama BI memperkuat koordinasi menjaga stabilitas harga dan arus modal asing.
- Peningkatan Daya Tarik Investasi
- Melalui insentif fiskal dan perbaikan iklim investasi, pemerintah berupaya menarik kembali kepercayaan investor asing.
Prospek ke Depan
Banyak analis menilai bahwa pelemahan IHSG dan rupiah bersifat sementara, asalkan fundamental ekonomi Indonesia tetap terjaga. Cadangan devisa yang cukup tinggi, pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 5%, serta stabilitas politik bisa menjadi modal penting.
Namun, jika faktor global seperti kenaikan suku bunga AS terus berlanjut, tekanan pada rupiah dan IHSG bisa semakin besar. Oleh karena itu, strategi diversifikasi portofolio dan penguatan sektor domestik sangat diperlukan.
Kesimpulan
Reaksi jujur pasar keuangan terhadap melemahnya IHSG dan kurs rupiah menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh global. Penurunan indeks saham dan pelemahan rupiah merupakan cerminan dari kekhawatiran investor atas kondisi eksternal maupun internal.
Dalam jangka pendek, pelemahan ini mungkin menimbulkan tantangan, seperti kenaikan harga barang impor dan turunnya minat investasi. Namun, dalam jangka panjang, stabilitas bisa kembali jika pemerintah dan Bank Indonesia konsisten menjaga kebijakan yang pro-stabilitas, transparan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.