Asal-Usul Setir Kanan di Indonesia, Begini Sejarah dan Latar Belakangnya

Jika kamu berkendara di Indonesia, kamu akan melihat satu hal yang khas: setir kendaraan berada di sisi kanan, dan mobil melaju di jalur kiri jalan.
Hal ini berbeda dengan banyak negara lain, seperti Amerika Serikat atau sebagian besar Eropa, yang menggunakan setir kiri dan jalur kanan.

Namun, tahukah kamu bahwa sistem setir kanan di Indonesia bukanlah hasil kebetulan?
Sistem ini memiliki sejarah panjang yang dipengaruhi kolonialisme, kebijakan pemerintah, dan faktor keselamatan berkendara.
Untuk memahami alasannya, mari kita telusuri asal-usul, sejarah, dan latar belakang penggunaan setir kanan di Indonesia.


Akar Sejarah dari Masa Kolonial

Kebiasaan mengemudi di jalur kiri sudah ada sejak zaman penjajahan Inggris dan Belanda.
Pada abad ke-18, Inggris adalah salah satu negara pertama yang menetapkan aturan resmi untuk berkendara di sisi kiri jalan.
Kebiasaan ini kemudian menular ke wilayah jajahan Inggris seperti India, Australia, Malaysia, dan Singapura.

Belanda, meskipun sebagian besar negaranya menggunakan jalur kanan, sempat menerapkan aturan berkendara di kiri di beberapa koloni Asia, termasuk Indonesia (saat itu Hindia Belanda).
Hal ini karena pengaruh Inggris sangat kuat di kawasan Asia Tenggara, terutama setelah Inggris sempat menduduki Batavia (Jakarta) pada tahun 1811–1816 di bawah Thomas Stamford Raffles.

Selama masa pendudukan Inggris tersebut, Raffles menerapkan sistem lalu lintas kiri yang sudah digunakan di Inggris.
Setelah Belanda kembali menguasai Indonesia pada tahun 1816, mereka tidak mengubah sistem itu.
Akibatnya, tradisi mengemudi di sisi kiri dan setir kanan terus berlanjut hingga sekarang.


Alasan Praktis dan Historis

Selain faktor kolonialisme, ada alasan praktis yang membuat sistem setir kanan bertahan di Indonesia.

1. Konsistensi dengan Negara Tetangga

Indonesia berbagi banyak hubungan ekonomi dan sejarah dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei, dan Australia.
Semua negara tersebut juga menggunakan setir kanan dan jalur kiri.
Dengan sistem yang sama, perdagangan kendaraan dan integrasi transportasi lintas negara menjadi lebih mudah.

Jika Indonesia mengubah arah jalur, maka kendaraan impor dari Malaysia atau Jepang (yang juga setir kanan) tidak akan cocok lagi digunakan di sini.

2. Dominasi Kendaraan Jepang

Sejak tahun 1970-an, Jepang menjadi produsen mobil terbesar di Indonesia.
Mobil-mobil seperti Toyota, Honda, dan Suzuki semuanya menggunakan setir kanan karena Jepang juga menerapkan sistem mengemudi di jalur kiri.
Dominasi ini memperkuat keputusan Indonesia untuk mempertahankan sistem yang sama, karena secara ekonomi lebih efisien.

3. Adaptasi dan Infrastruktur

Jalur lalu lintas, marka jalan, dan sistem rambu di seluruh Indonesia sudah dibangun mengikuti standar setir kanan dan jalur kiri.
Mengubah sistem berarti harus mengganti seluruh rambu lalu lintas, marka jalan, desain mobil, serta pelatihan sopir.
Biayanya bisa mencapai triliunan rupiah dan memerlukan waktu bertahun-tahun.
Karena itu, tidak ada alasan kuat untuk beralih ke sistem setir kiri.


Dampak dari Sistem Setir Kanan

Sistem ini memiliki beberapa dampak terhadap kehidupan sehari-hari dan industri otomotif di Indonesia.

1. Desain Kendaraan

Semua kendaraan yang beredar di Indonesia didesain agar pengemudi duduk di sisi kanan, dengan pedal gas, rem, dan kopling disesuaikan.
Pintu penumpang yang sering digunakan biasanya berada di sisi kiri, menghadap trotoar agar lebih aman bagi penumpang.

2. Keselamatan Berkendara

Sistem ini dianggap lebih aman untuk kondisi lalu lintas di Asia Tenggara.
Karena pengemudi duduk di kanan, ia memiliki pandangan lebih jelas terhadap kendaraan yang datang dari arah berlawanan.
Selain itu, ketika menyalip di jalan dua arah, posisi ini memungkinkan pengemudi memperkirakan jarak dengan lebih baik.

3. Ekonomi dan Ekspor

Indonesia bisa dengan mudah mengimpor kendaraan dari Jepang, Thailand, atau Malaysia tanpa perlu mengubah posisi setir.
Hal ini menekan biaya produksi dan mempercepat pasokan kendaraan ke pasar domestik.

Namun, efek sebaliknya terjadi saat Indonesia mengekspor mobil ke negara-negara yang menggunakan setir kiri, seperti Filipina atau Amerika Latin.
Pabrikan harus memproduksi versi khusus setir kiri agar bisa masuk ke pasar tersebut.


Perbandingan dengan Negara Lain

Sistem mengemudi di dunia terbagi menjadi dua kelompok besar: jalur kiri (setir kanan) dan jalur kanan (setir kiri).
Sekitar 35% negara di dunia masih menggunakan jalur kiri, termasuk:

  • Inggris
  • Jepang
  • Australia
  • India
  • Malaysia
  • Singapura
  • Thailand
  • Indonesia

Sementara sisanya, seperti Amerika Serikat, Prancis, Jerman, dan sebagian besar Eropa, menggunakan jalur kanan.

Negara-negara di Afrika juga terbagi dua, tergantung siapa penjajah mereka dulu. Wilayah bekas jajahan Inggris biasanya mengikuti sistem kiri, sedangkan bekas jajahan Prancis dan Spanyol menggunakan jalur kanan.


Upaya Standarisasi Global

Seiring globalisasi, beberapa negara sempat berusaha menyatukan sistem ini agar lebih seragam.
Namun, kenyataannya mengubah arah berkendara sangat sulit dilakukan karena dampaknya begitu luas terhadap infrastruktur dan kebiasaan masyarakat.

Misalnya, Swedia pernah mengganti sistem dari jalur kiri ke jalur kanan pada tahun 1967.
Perubahan itu memerlukan waktu bertahun-tahun untuk sosialisasi dan menelan biaya besar.
Indonesia sendiri tidak memiliki urgensi atau manfaat ekonomi yang cukup besar untuk melakukan perubahan serupa.

Selain itu, karena posisi Indonesia berada di antara negara-negara yang setir kanan, maka mempertahankan sistem ini justru lebih logis.
Kendaraan impor dan ekspor tidak perlu dimodifikasi, dan pengemudi Indonesia bisa langsung menyesuaikan diri saat berkendara di negara tetangga.


Fakta Unik Seputar Setir Kanan di Indonesia

  1. Motor dan sepeda juga mengikuti sistem kiri.
    Artinya, kendaraan roda dua wajib melaju di sisi kiri jalan, sama seperti mobil.
    Aturan ini sudah tertulis dalam Undang-Undang Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009.
  2. Beberapa kendaraan setir kiri masih bisa ditemukan.
    Biasanya, ini adalah mobil impor dari Eropa atau Amerika Serikat yang digunakan untuk pameran atau kebutuhan khusus.
    Namun, kendaraan tersebut harus mendapatkan izin khusus dari Kementerian Perhubungan.
  3. Sistem lalu lintas Indonesia mirip dengan Inggris.
    Bahkan, format jalur zebra cross, marka kuning, dan posisi setir sebagian besar mengikuti standar Inggris Raya.
  4. Beberapa negara pernah beralih arah.
    Samoa, misalnya, mengganti sistem dari kanan ke kiri pada tahun 2009 agar sesuai dengan Australia dan Selandia Baru — dua negara tetangganya.
    Hasilnya, impor mobil menjadi lebih mudah dan murah.

Konteks Budaya dan Kebiasaan

Selain faktor teknis, sistem setir kanan juga sudah menjadi bagian dari budaya berkendara Indonesia.
Instruktur mengemudi, rambu lalu lintas, dan tata kota semuanya dibangun dengan pola pikir jalur kiri.
Bahkan dalam percakapan sehari-hari, pengemudi sering berkata, “Ambil kiri!” untuk memberi jalan — menunjukkan betapa kuatnya sistem ini melekat dalam kehidupan masyarakat.

Perubahan arah berkendara bisa mengacaukan kebiasaan ini.
Selain memerlukan pelatihan ulang bagi jutaan sopir, hal itu juga berisiko tinggi terhadap keselamatan lalu lintas di masa transisi.


Kesimpulan

Asal-usul penggunaan setir kanan dan jalur kiri di Indonesia berasal dari warisan kolonial Inggris dan Belanda pada abad ke-19.
Meskipun penjajahan sudah lama berakhir, sistem ini tetap dipertahankan karena alasan praktis, ekonomi, dan keselamatan.

Faktor lain seperti dominasi kendaraan Jepang, kesamaan dengan negara tetangga, dan efisiensi logistik juga memperkuat keputusan untuk mempertahankan sistem ini.
Mengubah arah berkendara akan sangat mahal dan berisiko, sehingga tidak ada alasan kuat untuk menggantinya.

Dengan demikian, penggunaan setir kanan di Indonesia bukan sekadar kebiasaan, melainkan hasil dari perjalanan sejarah panjang dan pertimbangan rasional.
Kini, sistem ini menjadi bagian dari identitas nasional dalam dunia otomotif dan lalu lintas modern.

Jadi, lain kali saat kamu memegang kemudi di sisi kanan, ingatlah bahwa di balik posisi itu ada sejarah kolonial, kebijakan praktis, dan evolusi budaya berkendara yang membentuk wajah transportasi Indonesia hingga hari ini.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top